Bangunan Hijau: Teknologi dan Desain Arsitektur yang Berkelanjutan
Hai hai pembaca setia Komputerrakitan,
Kehadiran gedung pencakar langit ini tidak selamanya baik. Sering kali, pembangunan tersebut mempengaruhi lingkungan dan ekosistem yang ada di sekitarnya. Terlebih dengan perencanaan desain yang dibuat oleh arsitek.
Beberapa masalah yang diakibatkan oleh pembangunan gedung pencakar langit secara masif seperti:
- Peningkatan kemungkinan terjadinya banjir akibat tanah kavling perkantoran yang diperkeras oleh beton dan juga aspal. Hal ini membuat berkurangnya wilayah resapan di sekitar gedung perkantoran saat terjadinya hujan.
- Pendirian gedung pencakar langit membuat permukaan tanah menurun dan juga berkurangnya pasokan air bersih. Diketahui dari data kuantitatif pemerintahan Jakarta, terjadi penurunan tanah hingga 4,1 meter sejak tahun 1974-2010.
- Kemunculan gedung pencakar langit yang semakin banyak juga menimbulkan efek rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan dan juga kehidupan manusia. Efek rumah kaca sendiri merupakan sebuah situasi di mana panas yang seharusnya dipantulkan oleh bumi terperangkap pada atmosfer, yang membuat suhu bumi kian panas setiap tahunnya.
Bangunan hijau atau bangunan berkelanjutan adalah konsep arsitektur yang mengutamakan efisiensi energi, pengelolaan sumber daya, dan pengurangan dampak lingkungan selama seluruh siklus hidup bangunan.
Menurut metanesia.id, berikut adalah beberapa teknologi dan prinsip desain yang diterapkan dalam bangunan hijau:
1. Desain Pasif
- Deskripsi: Memanfaatkan elemen desain arsitektur untuk mengurangi kebutuhan energi tanpa menggunakan sistem mekanis.
- Fitur Utama:
- Orientasi Bangunan: Penempatan bangunan untuk memaksimalkan pencahayaan alami dan ventilasi.
- Insulasi Efisien: Menggunakan bahan insulasi untuk mengurangi kehilangan panas di musim dingin dan menjaga suhu dingin di musim panas.
- Jendela dan Pintu yang Efisien: Penggunaan kaca ganda atau tiga untuk meningkatkan isolasi termal.
2. Energi Terbarukan
- Deskripsi: Menggunakan sumber energi yang dapat diperbarui untuk memenuhi kebutuhan energi bangunan.
- Teknologi:
- Panel Surya: Menghasilkan listrik dari sinar matahari.
- Turbin Angin: Menghasilkan listrik dari angin.
- Sistem Geotermal: Memanfaatkan panas dari dalam bumi untuk pemanas dan pendingin.
3. Efisiensi Air
- Deskripsi: Menggunakan teknologi dan praktik untuk mengurangi konsumsi air dan mengelola air limbah secara berkelanjutan.
- Fitur Utama:
- Toilet dan Keran Hemat Air: Peralatan yang menggunakan lebih sedikit air.
- Pengumpulan Air Hujan: Sistem yang mengumpulkan dan menyimpan air hujan untuk digunakan kembali.
- Sistem Pengolahan Air Abu-Abu: Memproses air limbah ringan untuk digunakan kembali dalam irigasi atau toilet.
4. Material Ramah Lingkungan
- Deskripsi: Memilih bahan bangunan yang memiliki dampak lingkungan rendah dan dapat didaur ulang.
- Fitur Utama:
- Bahan Daur Ulang: Menggunakan bahan yang dapat didaur ulang atau terbuat dari daur ulang.
- Sumber Lokal: Menggunakan bahan yang diproduksi secara lokal untuk mengurangi jejak karbon dari transportasi.
- Bahan Berkelanjutan: Seperti bambu, kayu bersertifikat FSC, dan beton ramah lingkungan.
5. Pengelolaan Limbah
- Deskripsi: Mengelola limbah bangunan secara efisien untuk mengurangi dampak lingkungan.
- Fitur Utama:
- Daur Ulang di Lokasi: Menggunakan stasiun daur ulang di lokasi konstruksi untuk meminimalkan limbah.
- Pemanfaatan Kembali Material: Menggunakan kembali material dari bangunan lama dalam konstruksi baru.
6. Sistem Manajemen Energi Cerdas
- Deskripsi: Menggunakan teknologi pintar untuk memantau dan mengelola konsumsi energi secara efisien.
- Fitur Utama:
- Otomatisasi Bangunan: Sistem yang mengontrol pencahayaan, pemanas, dan pendingin berdasarkan penggunaan dan kebutuhan.
- Meteran Energi Cerdas: Memantau penggunaan energi secara real-time untuk mengidentifikasi peluang penghematan energi.
7. Lingkungan Hidup dan Keanekaragaman Hayati
- Deskripsi: Memastikan bangunan tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga mendukung keanekaragaman hayati.
- Fitur Utama:
- Atap Hijau: Menanam tanaman di atap bangunan untuk mengurangi panas, menyerap air hujan, dan meningkatkan keanekaragaman hayati.
- Dinding Hijau: Menggunakan tanaman pada dinding bangunan untuk meningkatkan kualitas udara dan mengurangi panas.
8. Kualitas Udara Dalam Ruangan
- Deskripsi: Menggunakan teknologi dan desain untuk meningkatkan kualitas udara dalam ruangan bagi penghuninya.
- Fitur Utama:
- Ventilasi Alami: Desain yang memaksimalkan aliran udara segar.
- Bahan Bebas Polutan: Menggunakan cat, perekat, dan bahan lainnya yang bebas dari senyawa organik volatil (VOC).
9. Teknologi Bangunan Pintar
- Deskripsi: Integrasi teknologi IoT dan sistem pintar untuk meningkatkan efisiensi dan kenyamanan.
- Fitur Utama:
- Sensor dan Aktuator: Mengontrol sistem pencahayaan, suhu, dan keamanan.
- Aplikasi Pengelolaan Energi: Aplikasi yang memungkinkan penghuni memantau dan mengelola penggunaan energi mereka.
10. Sertifikasi Bangunan Hijau
- Deskripsi: Memperoleh sertifikasi dari lembaga yang mengakui upaya keberlanjutan bangunan.
- Contoh Sertifikasi:
- LEED (Leadership in Energy and Environmental Design): Sertifikasi internasional untuk bangunan hijau.
- BREEAM (Building Research Establishment Environmental Assessment Method): Metode penilaian keberlanjutan bangunan di Eropa.
- Green Building Council Indonesia (GBCI): Sertifikasi nasional untuk bangunan hijau di Indonesia.
Kesimpulan
Bangunan hijau menggabungkan teknologi canggih dan prinsip desain berkelanjutan untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan efisien. Dengan mengurangi konsumsi energi, air, dan material, serta meningkatkan kualitas hidup penghuninya, bangunan hijau menawarkan solusi penting untuk tantangan lingkungan dan ekonomi masa depan.